Doa Untuk Bapak Bapak
Meski dulu sekali kita begitu sering berselisih paham, tapi cinta menyelaraskan kita.
Bapak,
Meski dulu keras kepala kita selalu membenturkan emosi, tapi kedewasaan kita berhasil melebur ego menjadi kepedulian.
Bapak,
Saat engkau memelukku sambil menangis dan meminta maaf di hari pernikahanku, aku tertunduk malu.
Kau begitu mencintaiku hingga selalu merasa tidak pernah cukup membahagiankanku.
Bapak,
Saat ku usap dadamu ketika kau menyampaikan kabar tentang sakitmu pada saudara sekandungmu dengan derai mata, aku tak berdaya. Rasanya ingin aku memundurkan waktu dan menjagamu tetap sehat sehingga kau tak perlu meneteskan air mata itu.
Bapak,
Ketika kau tiba-tiba memintaku memelukmu saat aku membawakan potongan buah untuk kau santap,
aku usap punggung lehermu yang semakin terasa makin mengecil.
Bapak,
Saat aku menangkap lanjut usiamu dalam bola matamu, aku ingin kau merasa teduh atas rasa kasih sayang yang diberikan isteri, anak, menantu, dan cucu.
Atas semua itu Bapak, Kau harus sembuh ya, karena kehadiranmu menguatkan.
Kau harus sembuh ya, karena kehadiranmu memercikkan kehangatan.
Kau harus sembuh ya, karena kehadiranmu begitu penting.
Bagiku, kau sudah memenangkan pertarungan atas penyakitmu, Pak.
Karena kau sudah menabur keberanian, kegigihan, kepercayaan diri, keinginan berbagi, keindahan mencintai hidup, dan keimanan di setiap jengkal nafas anak-anakmu.
Dan untuk semua itu, kau akan menuai cinta yang tak akan putus-putus dari kami.
Kini kita berjuang bersama untuk merengkuh kembali keindahan mencintai kehidupan.
Tuhan akan bekerja sempurna atas kesembuhanmu.
Sampai bertemu di perayaan hidup berikutnya.
Priska sayang bapak ya.
Jakarta, 5 Juni 2015
Read the rest of this entry →