Category Archives: harapan

Pindah Rumah

Standard

20160228_025221

Beberapa hari lalu, saya baru menyadari kalau ternyata sudah menulis di blog ciptaan wordpress ini selama 10 tahun.

SE-PU-LUH-TA-HUN!!!

Angka yang cukup genap untuk memulai sesuatu di rumah baru. Rumah baru?

Iya setelah saya pertimbangkan, akhirnya diputuskan untuk punya domain sendiri. Bukan karena saya merasa flyingsolighttothesky.wordpress.com sudah tidak sesuai dengan kebutuhan saya, tapi lebih karena inilah momen buat saya untuk mendeklarasikan diri secara terbuka.

Di awal saya buat blog ini dengan nama yang begitu panjang adalah sebagai media curhat tanpa dibaca banyak orang. Mungkin rada aneh, ngga mau dibaca banyak orang tapi nulisnya di-blog…yeah right.

Read the rest of this entry

Tahun Baru Ala Batak, Penuh dengan Mandok Hata

Standard

Screenshot_2016-01-01-20-25-03_1Setiap malam tahun baru, ada satu tradisi Batak yang amat saya suka. Mandok hata. Secara harafiah, mandok hata artinya memberikan kata sambutan, kesan dan pesan. Hampir semua urusan adat orang Batak diisi dengan sesi mandok hata. Semuanya harus ngomong, mulai dari yang paling muda sampai yang paling tua.

Hanya saja buat saya, sesi mandok hata di malam tahun baru lebih hangat karena penuh dengan pesan kekeluargaan yang kuat. Bayangin dari sesi ngomong-ngomong gitu aja kita sudah bisa berasa hangat tanpa perlu petasan atau kembang api hehehe. Apa spesialnya mandok hata di malam tahun baru?

Read the rest of this entry

Doa Untuk Bapak

Standard

 

11816965_10153401424268260_3669603549553930523_nDoa Untuk Bapak Bapak

Meski dulu sekali kita begitu sering berselisih paham, tapi cinta menyelaraskan kita.
Bapak,
Meski dulu keras kepala kita selalu membenturkan emosi, tapi kedewasaan kita berhasil melebur ego menjadi kepedulian.

Bapak,
Saat engkau memelukku sambil menangis dan meminta maaf di hari pernikahanku, aku tertunduk malu.
Kau begitu mencintaiku hingga selalu merasa tidak pernah cukup membahagiankanku.

Bapak,
Saat ku usap dadamu ketika kau menyampaikan kabar tentang sakitmu pada saudara sekandungmu dengan derai mata, aku tak berdaya. Rasanya ingin aku memundurkan waktu dan menjagamu tetap sehat sehingga kau tak perlu meneteskan air mata itu.

Bapak,
Ketika kau tiba-tiba memintaku memelukmu saat aku membawakan potongan buah untuk kau santap,
aku usap punggung lehermu yang semakin terasa makin mengecil.

Bapak,
Saat aku menangkap lanjut usiamu dalam bola matamu, aku ingin kau merasa teduh atas rasa kasih sayang yang diberikan isteri, anak, menantu, dan cucu.

Atas semua itu Bapak, Kau harus sembuh ya, karena kehadiranmu menguatkan.
Kau harus sembuh ya, karena kehadiranmu memercikkan kehangatan.
Kau harus sembuh ya, karena kehadiranmu begitu penting.

Bagiku, kau sudah memenangkan pertarungan atas penyakitmu, Pak.
Karena kau sudah menabur keberanian, kegigihan, kepercayaan diri, keinginan berbagi, keindahan mencintai hidup, dan keimanan di setiap jengkal nafas anak-anakmu.

Dan untuk semua itu, kau akan menuai cinta yang tak akan putus-putus dari kami.
Kini kita berjuang bersama untuk merengkuh kembali keindahan mencintai kehidupan.
Tuhan akan bekerja sempurna atas kesembuhanmu.
Sampai bertemu di perayaan hidup berikutnya.
Priska sayang bapak ya.

Jakarta, 5 Juni 2015

 

Read the rest of this entry

Apa Kabarmu Karov….

Standard

22318_10153142352048260_4527653674857936014_n (1)Salah seorang teman tiba-tiba me-whatsapp saya. Dengan gegap gempita dia menulis begini, “Pris, novel lo serem amat sih. Gua baca beberapa halaman depan aja udah merinding.” Sebenarnya komentar seperti ini bukan kali pertama saya dapat, ada beberapa orang yang bereaksi sejenis itu.

Mendengar komen itu ada perasaan senang. Senang karena rasa takut, deg-degan, dan depresi yang saya rasakan saat menulisnya tersampaikan dengan baik ke pembaca. Tapi di sisi lain saya juga jadi bertanya-tanya, apakah para pembaca akhirnya menyelesaikan novel itu sampai akhir ya? Jangan-jangan saking ngerinya cuman berhenti di adegan Karov motong kakinya. Apa kabar Karov di luar sana ya?

Read the rest of this entry

Menemukan Rasa Kehilangan

Standard

Pernahkah kalian merasakan takut kehilangan? Rasanya sedih ya. Bahkan ketika rasa itu datang lebih cepat tanpa tahu akan kehilangan apa, rasanya tetap sedih.

Mungkin kalian akan bingung membaca kalimat terakhir. Apa iya kita bisa merasakan sedih meski tidak tahu akan kehilangan apa. Sebegitu melekatkah manusia terhadap rasa memiliki?

Read the rest of this entry