Kemiskinan dan Jimat Dalam Warung Remang-Remang

Standard

Lagi-lagi tulisan ini merupakan respon dari berita yang gua baca atau gua dengar dan lihat.

Seperti biasa, banyak stasiun tv swasta menempatkan berita kriminal setelah acara infotaiment sebagai pengantar berita utama. Karena waktu penanyangannya yang hampir bersamaan dan kelihaian tangan gua untuk mengganti-ganti channel tv melalui remote, membuat gua lupa tepatnya stasiun tv mana yang menayangkan berita gila ini.

Di satu tempat di Sulawesi, terdapat seorang ibu yang membuka usaha warung remang-remang (warem) memiliki jimat penglaris yang GILA. I REPEAT…GILA. Jimat penglarisnya adalah janin bayi laki-laki yang di taruh di dalam toples kecil.

Bayi kecil itu, konon didapat dari seorang Ibu yang baru saja mengugurkan kandungannya. Entah dapat wangsit dari mana, ibu pengusaha warem itu mengambil bayi untuk dijadikan jimat. Dalam toples itu, bayi kecil yang tenggelam dalam larutan spritus itu masih dikasih uang seribuan dua lembar sebagai pemanis.

Reaksi pertama gua, My God…Gila Kali…” sambil nutup kuping (ntah kenapa kuping gua lebih sensitif ketimbang mata gua karena imajinasi suara itu lebih serem ketimbang penglihatan). Dan setelah kamera man-nya mengganti tampilan bayi malang itu menjadi ibu yang menutup mukanya itu, baru gua melepaskan tangan gua dari kuping.

Ternyata ibu itu sudah menyimpan bayi itu selama 2 tahun. Toples berisi bayi itu ditutup kain merah kemudian di letakkan di salah satu pojokan waremnya. Ibu itu tidak banyak memberikan keterangan karena mungkin dia terlalu males juga untuk bilang bahwa alasan terkuatnya melakukan itu adalah kemiskinan. TAPI ITU BUKAN PEMBENARAN JUGA KAN!!! Dan ibu gila itu hanya harus membayar pekerjaan gilanya dengan mendekam 9bulan di penjara.

Dulu gua pernah dapat email yang isinya gambar2 janin yang diaborsi. Menyeramkan sekali gambarnya. Adalah yang tangannya ke potong, atau badannya menggosong. Karena cara aborsi itu banyak banget, ada yang pake obat atau bahan2 kimia yang membuat bayi tersebut kaya dibakar di dalam kehidupan pertamanya, rahim ibunya. Ada juga yang di tarik pake alat yang menyeramkan, nah ketika menarik itulah sometimes kakinya copot atau tangannya. POKOKNYA IT’S HORROR BANGET!!!! Gambar itu juga memberikan perbandingan bayi yang diaborsi sesuai umurnya. Kalo masih kecil besarnya bisa cuman segede koin cepean yang jaman dulu banget, tapi walaupun masih kecil bentuknya udah ada, believe it or not.

Dan ada gambar bayi yang sebesar telapak tangan orang dewasa yang sudah sangat sempurna. Sempurna dalam arti, utuh sebagai manusia, ada kepala, tangan, mata, dan kaki. Dan bayi kecil itu di taruh di atas kain putih dan di samping kananya ada telapak tangan orang dewasa yang menengadah dan di atasnya di taruh mawar merah. Gua nangis pas liat gambar itu…poor baby. Gambar itu sempat jadi screen saver komputer gua selama berbulan-bulan. Dan sebelum orang2 pada nanya itu gambar apa, gua udah cerita duluan. Ada yang minta gambarnya diganti ada yang diam aja. Well sebenarnya, gua tidak berusaha mengintimidasi orang2 dengan gambar itu, hanya mencoba menampilkan sisi horor dari kehidupan aja. Dan berharap, semoga setiap orang yang liat gambar itu bisa memiliki sikap akan itu.

Kembali ke ibu yang menyimpan bayi dalam toples itu. Kemiskinan kadang kala dipandang sebagai jalan kehidupan yang sangat buntu. Karena tidak ada orang yang bertahan lama dengan kemiskinan dan ada yang mencari jalan keluarnya dengan sangat religius. Ya dengan teologi pembebasan itu misalnya. Tapi banyak orang dengan keterbatasan pendidikan, pengetahuan dan terjebak dalam kemiskinan struktural membuat mereka harus menembus jalan buntu itu dengan dupa-dupa kemistikan. Masih ingat Sumanto yang merasa kekebalan dengan memakan mayat dipercaya bisa mengeluarkan dia dari kemiskinan. Atau Sumanti yang berharap bisa menyelamatkan bayinya dari kemiskinan dengan membakar kemudian memakannya. Keduanya dikategorikan sebagai penderita sakit jiwa.

Lalu bagaimana dengan ibu penyimpan bayi dalam toples itu? Apakah polisi akan merujuk dia pada seorang psikiater atau dia langsung dijerat pasal2 pidana. Mungkin banyak orang juga di kampungnya dia yang udah ngga suka sama dia, karena dia membuka usaha mesum, warung remang-remang. Dan justifikasi atas dosanya dia akan semakin double karena dia mejadikan janin sebagai jimat. Yah karena masyarakat kita emang getol memutuskan mana yang harus dipersalahkan dari kegilaan2 yang timbul akibat kemiskinan. Kemiskinan…kalo katanya Tantowi Yahya saat dia diminta untuk menjual Sindo, Kebodohan itu sangat dekat dengan kemiskinan” Sebelumnya dia bilang, kalau kita ngga suka baca kita ngga punya banyak pengetahuan dan membuat kita bodoh. Tapi mungkin ini bisa menjadi formulasi matematika kemiskinan+jimat=bodoh.

Ah…gua ngga percaya kalo kehidupan sosial selalu berhasil dipecahkan dengan rumus matematika. Ada pertanyaan besar yang coba gua renungin dari tadi mengenai kemiskinan, jimat dan kebodohan…dan jawabannya belum ketemu karena permasalahan itu akan sangat kompleks sekali. Contohnya kalo kita mulai dengan pertanyaan, kenapa ibu itu buka warung remang2?Turunan dari pertanyaan itu BANYAK BANGET. Trus kenapa mesti pake jimat, bukankah shahwat menjadi jimat kuat untuk mendirikan bisnis itu? Makin banyak kemungkinan jawaban dari pertanyaan itu juga. Apalagi ketika kita sampai pada, kenapa janin bayi? Kenapa di taruh ditoples dengan larutan spritus plus uang seribuan dua lembar? Trus setelah dua tahun, kenapa baru ketauan sekarang? Ah…terlalu banyak gray area dalam kemiskinan, jimat dan kebodohan ternyata.

Tulisan ini mungkin akan berlanjut, mungkin juga tidak…yang pasti ini bukan tulisan tertutup. Karena gua belum menemukan titik temu dari semuanya…masih harus mikir lagi sepertinya….Damn bahkan mikir yang menggantung aja kaga enak…

Leave a comment